Home news Perhatikan Jasa Tukang Ketika Ingin Membangun Rumah

Perhatikan Jasa Tukang Ketika Ingin Membangun Rumah

123
0

Anda merencanakan untuk membangun tempat tinggal impian? Sedang menghitung estimasi cost pengeluaraan? Yang jelas, membangun tempat tinggal dambaan lebih susah dibanding membeli tempat tinggal yang telah jadi.

Untuk membangun tempat tinggal sendiri dari nol, atau merenovasi tempat tinggal menjadi hunian impian, kamu perlu merancang konstruksi -dan bersama dengan demikianlah menyewa arsitek, menentukan bahan bangunan, sampai menyewa jasa tukang bangunan. Semua itu membutuhkan bisnis ekstra.

Namun sepanjang ini, beberapa orang abai pada poin terakhir. Padahal perlu kehati-hatian dan kecermatan di dalam menyewa jasa tukang bangunan.

Jenis pembayaran atas sewa tukang bangunan kadang mempengaruhi kualitas kerja mereka. Jika tidak detil pertimbangkan proses pembayaran yang pas, alih-alih ingin berhemat, pengeluaran malah bisa menjadi membengkak. Paling parah, bangunan menjadi tak cocok ekspektasi.

Vista Barvia Hanum, warga Perumahan Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara, share cerita perihal pengalaman merenovasi penuh rumahnya, dimulai bersama dengan pengerjaan yang lelet sampai akhirnya ia mempekerjakan dua tim tukang bangunan.

Semula, Vista menyewa jasa tukang bangunan kenalan tetangga. Ada 7 orang di dalam satu tim yang disewa Vista: 2 tukang dan 5 kenek atau asisten tukang. Mereka dibayar bersama dengan proses harian, dan diharapkan selesaikan pembangunan tempat tinggal di dalam jangka waktu 4 bulan.

Tapi setelah dua bulan atau separuh waktu berjalan, pengerjaan ternyata tak cocok rancangan awal. Ketujuh tukang bekerja bersama dengan lelet dan tak rapi.

Vista menjadi tak sabar, dan memutuskan untuk menyewa tukang lain yang disarankan oleh kawan kerjanya. Tim baru ini terdiri dari 1 tukang dan 2 kenek.

Mereka dibayar bersama dengan proses borongan –lebih mahal dari proses bayaran harian.

Harga mahal tak menjadi soal membuat Vista. “Enggak masalah lebih mahal karena saya memahami tukang ini telah berpengalaman mengerjakan bermacam proyek di Ancol.”

Tapi, keputusan Vista mempekerjakan tim baru yang dibayar secara borongan atau keseluruhan, tak sesudah itu membuatnya memberhentikan tim pertama.

Alasannya klise: tak enak hati.

Jadilah proyek renovasi tempat tinggal dua lantai seluas 200 mtr. itu dijalankan oleh dua tim berisi total 10 orang tukang bangunan. Kedua tim saling mengamati pekerjaan masing-masing.

Ayah Vista yang tak berkenan proyek renovasi itu terjadi lebih lama dan berantakan, memutuskan untuk turun tangan mengawasi pekerjaan para tukang itu.

Akhirnya renovasi tempat tinggal Vista selesai di dalam waktu 7 bulan 2 minggu –mundur tiga bulan dari rancangan semula, bersama dengan cost membengkak.

Lain ulang bersama dengan cerita Desy Komalawati. Dia membangun rumahnya di Bekasi Timur manfaatkan jasa tukang bangunan bersama dengan proses pembayaran harian.

Untuk 2 tukang dan 4 kenek yang dipekerjakan Desy, mereka dibayar Rp 1 juta per hari.

“Saya bayar ke tukangnya langsung. Nanti mereka yang bagi,” kata Desy.

Pembangunan tempat tinggal dua lantai seluas 250 mtr. itu sebenarnya terjadi lancar sepanjang 4 bulan. Namun, masalah timbul justru setelah tempat tinggal ditempati.

Rumah Desy perlu perawatan lebih karena kerap rusak. Konstruksi bangunan tak seimbang dan tak kokoh.
“Pintu ada problem dibuka. Jendela enggak bisa ditutup karena miring,” ujarnya.

Alhasil, Desy perlu merogoh kocek lebih di dalam lagi. Pada masalah Vista, ia tak berani menyita keputusan tegas meski telah memahami pekerjaan tukang bangunan tak cocok bersama dengan yang diharapkan.

Alih-alih memberhentikan tim pertama waktu mempekerjakan tim kedua, ia malah mempekerjakan tim lama dan tim baru sekaligus meski itu tak efisien. Biaya pun menjadi membengkak.

Sementara pada masalah Desy, di mana rumahnya ketika telah menjadi ternyata cepat rusak di sana-sini, ialah karena ia tak manfaatkan mandor untuk memantau pekerjaan para tukang bangunan. Hal ini serupa bersama dengan Vista –yang akhirnya papa Vista sendiri yang turun memonitor pengerjaan rumah.

Pengalaman Desy dan Vista selanjutnya selayaknya bisa kita jadikan pelajaran untuk lebih berhati-hati di dalam menentukan atau menentukan jenis bayaran tukang bangunan.

Ada dua jenis proses pembayaran tukang bangunan: harian dan borongan. Dengan harian, pembayaran upah pekerja dihitung per hari. Standar bayaran di Jakarta andaikan ialah Rp 150 ribu per orang per hari.

Namun, proses pembayaran harian condong sebabkan tukang bangunan lambat di dalam bekerja. Proses pengerjaan tempat tinggal menjadi tertunda, dan pengguna jasa biasanya menjadi malah perlu mengeluarkan duit lebih banyak lagi.

Sementara pada pembayaran bersama dengan proses borongan, biasanya ke-2 belah pihak (pengguna jasa dan tukang bangunan) menyepakati bersama dengan apa saja yang perlu dijalankan sampai selesai.

Misalnya, tukang bangunan diminta untuk sebabkan garasi dan upah disepakati Rp 1 juta. Maka, tak hiraukan berapa lama waktu yang diperlukan untuk selesaikan garasi itu, upah senantiasa sama.

Dibandingkan bersama dengan proses harian, proses borongan condong lebih cepat di dalam pengerjaan. Namun kualitas pekerjaan kadang kurang bagus.

Agak tricky, bukan? Nah, sehingga tak salah, mengikuti tips-tips menentukan jasa tukang bangunan pada cerita selanjutnya ya.