Home news FIFA Resmi Coret Indonesia Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20

FIFA Resmi Coret Indonesia Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20

86
0
FIFA U-20

Piala Dunia U-20 adalah turnamen sepak bola internasional yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali oleh FIFA untuk tim nasional sepak bola di bawah usia 20 tahun. Turnamen ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1977 dan saat ini diikuti oleh 24 tim nasional yang memperebutkan gelar juara dunia U-20.

Turnamen Piala Dunia U-20 biasanya dilangsungkan selama sekitar tiga minggu dan terdiri dari babak penyisihan grup diikuti oleh babak gugur. Tim nasional yang berhasil mencapai babak semifinal akan bermain untuk memperebutkan tempat di final, sementara tim yang tersisa akan bermain untuk menentukan peringkat keempat hingga kedua puluh empat.

Beberapa tim nasional yang sering menjuarai Piala Dunia U-20 antara lain Argentina, Brasil, Jerman, dan Spanyol. Turnamen ini juga sering menjadi ajang bagi pemain muda yang berbakat untuk memperlihatkan kemampuan mereka dan menjadi bintang di masa depan. Menurut rencana, Piala Dunia U-20 akan diselenggarakan di Indonesia. Namun, karena suatu dan lain hal, Indonesia batal menjadi tuan rumah.

FIFA Coret Indonesia Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20

FIFA resmi mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, pada Rabu (29/3/2023). Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, sempat bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, untuk mencari solusi. Namun, ketetapan akhir FIFA tak berpihak pada PSSI dan sepak bola Indonesia. Hingga akhirnya mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2023.

Undian Piala Dunia U-20 yang selayaknya berlangsung pada 31 Maret pun batal. Akibatnya, Indonesia terancam terkena sanksi berat dari FIFA. Terkait penunjukkan tuan rumah baru, Federasi Sepak Bola Internasional ini akan menginformasikan sesegera mungkin. Mengingat kompetisi yang ada tetap sesuai jadwal.

Sementara tanggal turnamen senantiasa tidak berubah. Potensi sanksi terhadap PSSI juga bisa diputuskan pada tahap selanjutnya. FIFA menggarisbawahi, terlepas dari ketetapan ini, pihaknya senantiasa berkomitmen untuk mendampingi PSSI dengan kerja sama yang erat.

Pemerintah yakni Presiden Joko Widodo juga akan memberi tambahan dukungan mengenai sistem transformasi sepak bola Indonesia pasca tragedi yang berlangsung pada Oktober 2022 lalu.

Alasan FIFA Membatalkan Perhelatan Piala Dunia di Indonesia

Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 jadi hangat diperbincangkan setelah muncul penolakan dari sejumlah pihak terhadap kehadiran timnas Israel sebagai salah satu peserta. Gubernur Bali, I Wayan Koster, pernah bersurat kepada Menteri Pemuda dan Olahraga berkenaan keberatannya jika Bali jadi area bertanding tim tersebut. Sedangkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, memberi tambahan pernyataan bahwa pihaknya mendukung Piala Dunia U-20, namun tanpa keikutsertaan Israel.

Meski tidak menyebut kisruh soal Israel sebagai penyebab Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20, namun diyakini perihal itulah yang memberikan dampak terhadap ketetapan FIFA. Sebelum mencoret Indonesia sebagai tuan rumah, FIFA pernah sebelumnya membatalkan sistem drawing peserta grup yang selayaknya berlangsung di Bali, Jumat (31/3).

Sebelumnya, Indonesia sudah mengucurkan dana yang lumayan besar untuk jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Dana tersebut di antaranya untuk merenovasi stadion yang akan jadi area pertandingan. Beberapa stadion tersebut antara lain Gelora Bung Karno, Gelora Bung Tomo, Si Jalak Harupat, Gelora Sriwijaya, Manahan, dan Kapten I Wayan Dipta.

Ketua PSSI Sudah Berjuang Semaksimal Mungkin

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, sudah bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino di Doha, Qatar, terhadap Rabu (29/3/2023). Namun, pertemuan itu tidak merubah pendirian Federasi Sepak Bola Internasional tersebut untuk membatalkan gelaran Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia.

Posisi Indonesia yang jadi salah satu anggota, menurut Erick, harus tunduk pada kewenangan dan ketetapan yang FIFA berikan. “Saya sudah berjuang maksimal. Setelah memberikan surat dari Presiden Jokowi, dan berbicara panjang bersama Presiden FIFA, Gianni Infantino, kita harus terima ketetapan FIFA yang membatalkan penyelenggaraan event yang kita sama-sama nantikan itu,” ujar Erick Thohir dari Doha, Qatar di dalam rilis formal LOC.

Ia menambahkan, ketetapan yang merupakan kewenangan FIFA sebagai lembaga tertinggi sepak bola dunia bersama 211 bagian dari beraneka belahan dunia, tidak bisa ditolak lagi.

Meski demikian, bersama ketegaran yang tetap ia miliki, Erick berusaha mengambil hikmah dari prahara berat bagi sepak bola nasional.

“Kita harus tegar. Saya minta semua penggemar sepak bola senantiasa berkepala tegak atas ketetapan berat FIFA ini. Sebab saya berpendirian, karena itu, ini saatnya kita harus membuktikan kepada FIFA untuk bekerja lebih keras untuk melaksanakan transformasi sepak bola, menuju sepak bola bersih dan berprestasi,” pungkasnya.

Indonesia Berpotensi Alami Kerugian Hingga Triliunan Rupiah

Belum selesai dengan urusan Kanjuruhan, sekarang Indonesia harus menghadapi huru-hara mengenai batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia. Selain akan mendapat sanksi berat dari FIFA, Indonesia juga akan mengalami kerugian bahkan hingga triliunan rupiah. Kerugian ekonomi tersebut antara lain:

1. Kerugian Modal Penyelenggaraan

Yoyok Sukawi pada Juli 2020 mengatakan saat masih jadi Komite Eksekutif PSSI, pemerintah mengucurkan dana sebesar Rp 400 miliar untuk persiapan pelaksanaan Piala Dunia.

Kemudian pada Juni 2022, Zainudin Amali saat masih menjabat sebagai Menpora memberi tambahan dana Rp 3 triliun dari pemerintah untuk pengembangan olah raga. Dari angka tersebut, sebesar Rp 500 miliar digunakan untuk persiapan Piala Dunia U-20.

Selain itu, Kementerian PUPR turut menyuntik dana sebesar Rp 314 miliar untuk renovasi stadion ditambahkan Rp 175 miliar pada bulan lalu. Jika suntikan dana tersebut direalisasikan untuk membeli modal penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023, maka kerugian modal mencapai Rp 1,4 triliun.

2. Kerugian Jika Liga Ikut Dihentikan

Kerugian selanjutnya akan makin besar jika liga sepak bola profesional Indonesia turut dibekukan oleh FIFA. Sebab, perihal ini akan berdampak terhadap nilai ekonomi yang besar.

Adapun liga bersama kasta tertinggi nilai ekonominya mencapai Rp 3 triliun. Belum lagi sepak bola adalah jenis olah raga favorit masyarakat Indonesia. Menurut data riset multinasional Ipsos, Indonesia punya penggemar sepak bola terbesar di dunia. Dari semua responden Indonesia, pembagian yang menyukai sepak bola adalah sebesar 69% dan jadi tertinggi di semua dunia.